Tips Berdamai dengan Perasaan Cemas dan Khawatir Selama Pandemi
Ketakutan tentang COVID-19 dapat berdampak emosional, terutama jika kita sudah hidup dengan gangguan kecemasan. Tapi bukan berarti kita tidak berdaya dan menerima pasrah. Berikut tips yang dapat membantu untuk melewati masa-masa stres ini.
Pahamilah Kecemasanmu
Ini memang saat yang menegangkan dan penuh kecemasan. Kita berada di tengah-tengah pandemi di seluruh dunia, dengan banyak tempat setidaknya sebagian ditutup, yang lain berjuang untuk membuka kembali dengan aman. Beberapa dari kita berada di daerah di mana tingkat infeksi virus corona ini semakin parah. Yang lain bersiap untuk apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Kita menonton berita dan bertanya-tanya, "Kapan ini akan berakhir?"
Bagi banyak orang, ketidakpastian seputar virus corona adalah hal yang paling sulit ditangani. Kita masih belum tahu persis bagaimana kita akan terkena dampaknya, berapa lama ini akan berlangsung, atau seberapa buruk hal-hal yang mungkin terjadi. Dan itu membuat kita terlalu mudah untuk merasa ketakutan dan kepanikan yang luar biasa. Tetapi ada banyak hal yang dapat kita lakukan — bahkan dalam menghadapi krisis unik ini — untuk mengelola kecemasan dan ketakutan kita.
Tetaplah Up to Date
- Tetap berpegang pada sumber yang dapat dipercaya seperti WHO (World Health Organization), Gugus Tugas Covid-19, Kementrian Kesehatan RI dan otoritas kesehatan masyarakat setempat.
- Batasi seberapa sering kita memeriksa berita terkini. Pemantauan terus-menerus atas berita dan umpan media sosial dapat dengan cepat berubah menjadi kompulsif dan kontraproduktif — memicu kecemasan alih-alih meredakannya. Batasannya berbeda untuk setiap orang, jadi perhatikan perasaan kita dan sesuaikan.
- Menjauhlah dari media jika mulai merasa kewalahan. Jika kecemasan adalah masalah yang terus berlanjut, pertimbangkan untuk membatasi konsumsi media pada jangka waktu tertentu (misalnya tiga puluh menit setiap sore pada jam 5).
- Minta seseorang yang dipercaya untuk sharing berita terkini. Jika merasa lebih baik untuk menghindari media sepenuhnya, mintalah seseorang yang dipercayai untuk menyampaikan informasi terbaru yang perlu kita ketahui.
- Berhati-hatilah dengan apa yang kita bagikan. Lakukan yang terbaik untuk memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya. https://covid19.go.id/ adalah salah satu tempat untuk memulai. Kita semua perlu melakukan bagian kita untuk menghindari penyebaran rumor dan menciptakan kepanikan yang tidak perlu.
Fokuslah pada hal-hal yang dapat dikendalikan
- Sering-seringlah mencuci tangan (setidaknya 20 detik) dengan sabun dan air atau hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol.
- Hindari menyentuh wajah (terutama mata, hidung, dan mulut).
- Tetap berada dirumah sesering mungkin sebisa mungkin, meski kita tidak merasa sakit.
- Hindari keramaian dan pertemuan 10 orang atau lebih.
- Hindari belanja dan perjalanan yang tidak penting.
- Jaga jarak 2 meter antara kita dan orang lain saat keluar.
- Tidur yang cukup, dapat membantu mendukung sistem kekebalan kita.
- Ikuti semua rekomendasi dari otoritas kesehatan.
Tetaplah terhubung — walaupun terisolasi secara fisik
- Prioritaskan untuk tetap berhubungan dengan teman dan keluarga. Jika kita cenderung menarik diri saat depresi atau cemas, coba jadwalkan untuk telepon, ngobrol, atau Zoom untuk melawan kecenderungan itu.
- Meskipun kunjungan langsung terbatas, gantikan dengan obrolan melalui video. Kontak tatap muka seperti "vitamin" untuk kesehatan mental kita, mengurangi risiko depresi dan membantu meredakan stres dan kecemasan.
- Media sosial dapat menjadi alat yang ampuh — tidak hanya untuk berhubungan dengan teman, keluarga, dan kenalan — tetapi untuk merasa terhubung secara lebih luas dengan komunitas, negara, dan dunia kita. Itu mengingatkan kita bahwa kita tidak sendiri.
- Meskipun demikian, perhatikan bagaimana media sosial memengaruhi perasaan kita. Jangan ragu untuk menyudahi pembahasan itu dan orang yang memperburuk kecemasan kita. Berhentilah jika itu membuat kita merasa lebih buruk.
- Jangan biarkan hanya virus corona yang menjadi topik bahasan dalam setiap percakapan. Penting untuk beristirahat dari pikiran stres tentang pandemi untuk sekadar menikmati kebersamaan satu sama lain — tertawa, berbagi cerita, dan fokus pada hal-hal lain yang terjadi dalam hidup kita.
Jagalah tubuh dan jiwa
- Bersikap baiklah kepada diri sendiri. Bersikaplah santai jika kita mengalami lebih banyak depresi atau kecemasan dari biasanya. kita tidak sendirian dalam perjuangan ini.
- Pertahankan rutinitas sebaik mungkin. Meskipun kita terjebak di rumah, cobalah untuk tetap pada jadwal tidur, sekolah, makan, atau kerja kita yang biasa. Ini dapat membantu kita mempertahankan rasa kewarasan.
- Luangkan waktu untuk aktivitas yang kita sukai. Baca buku favorit, tonton film komedi, mainkan board game atau video game yang menyenangkan, buat sesuatu — baik itu resep baru, kerajinan tangan, atau karya seni. Tidak peduli apa yang kita lakukan, selama itu membuat kita tidak khawatir.
- Keluarlah di alam bebas, jika memungkinkan. Sinar matahari dan udara segar akan membantu. Bahkan berjalan-jalan di sekitar lingkungan kita dapat membuat kita merasa lebih baik. Pastikan untuk menghindari keramaian, jaga jarak dari orang yang ditemui, dan patuhi batasan di daerah kita.
- Temukan cara untuk berolahraga. Tetap aktif akan membantu kita melepaskan kecemasan, menghilangkan stres, dan mengelola suasana hati. Meskipun gym mungkin ditutup, kita masih bisa bersepeda, jogging, atau berjalan kaki. Atau jika terjebak di rumah, carilah video olahraga di internet yang dapat diikuti. Ada banyak hal yang bisa dilakukan meski tanpa peralatan, seperti yoga dan senam yang menggunakan badan kita sendiri.
- Hindari "mengobati" diri sendiri. Berhati-hatilah agar tidak menggunakan alkohol atau zat lain untuk mengatasi kecemasan atau depresi.
- Lakukan latihan relaksasi. Ketika stres membuat sistem saraf kita tidak seimbang, teknik relaksasi seperti pernapasan dalam (deep breathing), meditasi, dan yoga dapat membawa kita kembali ke kondisi yang seimbang. Latihan teratur memberikan manfaat terbesar, jadi mari kita menyisihkan sedikit waktu setiap hari.
Bantulah orang lain (Itu akan membuat kita merasa lebih baik)
- Ikuti pedoman untuk mencegah penyebaran virus. Meskipun kita tidak berada dalam lingkungan berisiko tinggi, tetap di rumah, sering mencuci tangan, dan menghindari kontak dengan orang lain dapat membantu menyelamatkan nyawa orang yang paling rentan di sekitar kita dan mencegah membebani tenaga kesehatan secara berlebihan.
- Jangkau orang lain yang membutuhkan. Jika Anda mengenal orang-orang di komunitas kita yang terisolasi — terutama orang tua atau penyandang cacat — kita masih dapat menawarkan dukungan. Mungkin tetangga yang lebih tua membutuhkan bantuan belanjaan atau makanan? Kita selalu dapat meninggalkan paket di depan pintu mereka untuk menghindari kontak langsung. Atau mungkin mereka hanya perlu mendengar suara yang meyakinkan melalui telepon. Banyak grup media sosial lokal dapat membantu menghubungkan kita dengan orang-orang yang rentan di daerah kita.
- Jadilah pengaruh yang menenangkan. Jika teman atau orang yang kita cintai sedang panik, cobalah membantu mereka untuk tetap berfikir positif tentang situasinya. Alih-alih menakuti atau memberikan kepercayaan pada rumor palsu, rujuk mereka ke sumber berita terkemuka yang terpercaya. Menjadi pengaruh yang positif dan mengangkat di masa-masa sulit ini dapat membantu kita merasa lebih baik tentang situasi kita sendiri juga.
- Bersikaplah baik kepada orang lain. Penyakit menular tidak pernah terkait dengan kelompok ras atau etnis apa pun, jadi sampaikan pendapat kita jika kita mendengar stereotip negatif yang hanya mendorong prasangka. Dengan pandangan dan niat yang benar, kita semua dapat memastikan bahwa kebaikan dan amal menyebar ke seluruh komunitas kita bahkan lebih cepat daripada virus ini.
Terimakasih infonya bu ratu :)
BalasHapusSama-sama bu semoga bermanfaat dan dapat di terapkan.
HapusBagus blognya
BalasHapusTerimakasih banyak!
HapusMantap...berbagi solusi
BalasHapusSemoga bermanfaat ya pak.
HapusMantap Bu. Pengin nulis juga😊
BalasHapusMakasih bu. Ayo nulis juga bu, kita diskusi lewat tulisan :)
Hapus